Sabtu, 28 Juli 2012

WAGUB SULTENG DUKUNG PEMBENTUKAN ISBI PALU

Oleh: Jamrin AB
WAKIL Gubernur Sulawesi Tengah, Sudarto menyatakan dukungan untuk perintisan berdiriannya Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Palu guna meningkatkan penggalian dan pengembangan kesenian daerah. Yaitu ISBI dibawah naungan dan binaan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sebagaimana beberapa kota di Indonesia saat ini sedang berjalan guna pengembangan sejumlah potensi seni daerah secara akademik.
Dukungan tersebut diungkapkan Sudarto di ruang kerjanya dalam pertemuan dengan guru besar seni dari ISI Yogyakarta, Yudiaryani dan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sulteng, Siti Norma Madjanu serta Hapri Ika Poigi perwakilan seniman. Dalam pertemuan tersebut, Yudiaryani memaparkan tentang pentingnya pendirian ISBI di Kota Palu, yang menurutnya kota ini sangat potensial sekaligus sangat strategis berada di tengah Pulau Sulawesi, sehingga untuk pengembangan keseniannya lebih maju secara akademik sangat memngkinkan.
Karena itu pula Sudarto meminta Kadisbudpar Sulteng, Siti Norma Mardjanu dan Hapri Ika Poigi selaku seniman dan akademisi untuk menjejaki berbagai pensyaratan dan peluang untuk perintisan berdirinya ISBI Palu. “Kalau memang memungkinkan untuk berdirinya ISBI Palu, maka kami sebagai pemerintah daerah sangat mendukung dan akan menfasilitasi. Hal ini sangat penting segera ditindaklanjuti dengan menyusun suatu dokumen untuk itu dan kemudian dibicarakan bersama Pak Gubernur,” kata Sudarto.
Sementara itu Kadis Budpar Sulteng, Siti Norma Mardjanu  menyatakan kesiapannya mengawali pertemuan dengan sejumlah pihak terkait untuk menindaklanjuti harapan Wagub Sudarto. Menurut Norma Mardjanu wacana untuk berdirinya sekolah tinggi seni di Palu sudah ada beberapa waktu lalu. Namun hingga kini belum terealisasi, sehingga adanya dukungan dari pemerintah daerah dan guru besar dari ISI Yogyakarta akan ditindaklanjuti kembali. 
“Dari hasil pengamatan kami, Sulawesi Tengah sangat kaya dengan keberagaman etnisnya yang berarti beragam pula keseniannya. Belum lagi alamnya juga potensinsial sehingga kalau dibuka ISBI maka peluang pengembangan itu sangat besar,” ungkap guru besar ISI Yogya, Yudiaryani.
Menurutnya, bagi ISI Yogyakarta merupakan institute seni paling tua dan paling lengkap jurusannya di Indonesia. Nah kaitannya dengan daerah Sulawesi Tengah beberapa program studi bias dibuka, di antaranya seni kriya, seni tari, teater, musik, seni rupa dan lainnya.  (JAMRIN AB)

Kamis, 26 Juli 2012

Ust. Djuhra, PEWARIS PAYUNG POLANTI MAGAU NGATA KAILI



Oleh: JAMRIN ABUBAKAR
DI usianya yang terbilang sepuh, tapi semangat dan memorinya masih tajam menceritakan beberapa perisitiwa perjuangan putra-putra Tanah Kaili melawan penjajah Belanda dan Jepang di Tanah Kaili. Namanya Ust. Djuhra salah satu anggota Laskar Merah Putih dari kesatuan Sigi Dolo, salah satu organisasi perjuangan zaman penjajahan.

Seyogianya Djuhra yang kini berusia 91 tahun itu tercatat sebagai salah satu anggota Legiun Veteran RI karena jasa-jasanya ikut dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan atas nama Laskar merah Putih. Tetapi sayang sekali pemerintah tak begitu peduli, kalau buka para veteran itu sendiri yang proaktif mengurus yang cukup berbelit-belit dan belum tentu masuk. “Sudah berkali-kali diurus dengan melengkapi berbagai dokumen tapi tidak pernah mendapat tanggapan dari organisasi veteran. Pernah ada yang mau urus tapi katanya dibayar sekian,” ungkap Djuhra saat ditemui di kediamannya di Desa Pulu, Kabupaten Sigi belum lama ini.


Mengurus sebagai anggota veteran sudah lama ia lakukan, tapi berkasnya tak jelas. Itu pun dilakukan karena dorongan sejumlah pihak. Pada awalnya Djuhra tak mau urus soal dia sebagai anggota veteran atau tidak, karena menurutnya tak pernah berambisi soal masuk catatan veteran. Sebab ia memiliki alasan yang namanya perjuangan itu sudah merupakan kewajiban dan pengabdian pada negara. Tetapi kalau toh, memang ada yang urus dan bisa tercapai, katanya Alhamdulillah.

Pada masa mudanya, Djuhra bukan saja aktif dalam kelasyakaran, tapi bergerak di bidang dakwah baik di Pulu maupun di dataran Lalundu Rio Pakava. Di antara kawan seangkatan dalam Laskar Merah Putih yang tercatan sebagai anggota legiun Veteran yaitu Djaruddin Abdullah dan Junus Sunusi (keduanya sudah almarhum).

Selain dikenal sebagai Imam Tua Masjid Desa Pulu, Djuhra ayah dari delapan orang anak ini dikenal pula sebagai tokoh keadatan Pitunggota Tanah Kaili. Sebagai pelestari dan pewaris budaya, hingga kini ia masih menyimpan pusaka berusia ratusan tahun berupa guma, parang khas Kaili. Tetapi yang paling berharga adalah berupa pusaka Payung Polanti Magau yang usianya 800 tahun yang terbuat dari bambu kuning yang dipakai saat pelantikan Datu Pariri sebagai raja Kaili di Pulu. (JAMRIN AB)

Rabu, 18 Juli 2012

KETIKA TEATER MODERN MENYATU DALAM RITUAL BALIA KAILI

KETIKA TEATER MODERN MENYATU DALAM RITUAL BALIA KAILI

SENI tradisi Balia yang selama ini hanya dikenal sebagai ritual penyembuhan dalam masyarakat etnis Kaili yang selalu ditampilkan secara sakral sesuai tujuannya, tapi di tangan Erwin Sirajudin seorang mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Balia telah menjadi seni pertunjukan yang saling menginteraksi antara aktor-aktor teater modern dengan Topobalia (pelaku tradisi Balia) dalam satu arena pertunjukan tanpa saling mengintervensi. 

Kedahsyatan itulah yang dipertunjukan Erwin Sirajuddin sang sutradara dalam naskah drama “Bali Iya” di arena Taman Budaya Sulawesi Tengah, Kota Palu, Rabu (18/7) malam yang disaksikan ratusan penonton. Pertunjukan tersebut merupakan rangkaian ujian tesis Erwin Sirajudin sebagai mahasiswa pascasarjana untuk mendapatkan gelar magister seni di ISI Yogyakarta. Sejumlah seniman, aktivis seni, pemerhati dan masyarakat pencinta seni menyatu dalam kesaksian pertunjukan Bali Iya yang terkemas dalam konsep dramaturgi satu skenario.

Inti pesan dalam drama Bali Iya adanya pergulatan batin dan fisik seorang Tonadua (orang sakit) yang diperankan sang aktor Emhan Saja bersama istri (Selvina Cepi). Keaktoran Ehman bersama Selvina betul-betul penuh totalitas bukan saja memvisualkan apa yang tercakup dalam sekenario dan diinginkan sutradara, tapi sekaligus ia mampu membamngun komunikasi dengan penonton dan para Topobalia yang dipimpin Samran Daud Roca. Dialog-dialog yang dibangun dan  ekploitasi tubuh Emhan dan Cepi telah memvisualkan tentang sosok kegelisahan dan tak ada harapan untuk sembuh kalau tidak mencari alternatif.

Dalam pencariannya itulah kemudian hadir orang suci yang menurut tokoh  dokter (Mohammad Nawir Daeng Mangala) pengobatan Tonadua mesti dilakukan dengan cara khusus. Di situlah prosesi ritual adat Balia ditampilkan sesuai kelaziman dan sekaligus telah dikemas dalam skenario untuk seni pertunjukan teater modern sesuai harapan sutradara Erwin Sirajuddin, sehingga puncak agar Tonadua ini harus berubah dari kondisinya, ia melnjalani rangkaian upacara balia.
Pertunjukan tersebut berlangsung di tengah rintik hujan malam, tapi penonton rela kuyub menyaksikan bersatunya tradisi dan seni pertunjukan modern yang dikemas satu arena. 

Menurut guru besar ISI Yogyakarta, Prof. Dr. Yudiaryani yang menjadi penguji tesis Erwin, menyatakan pertunjukan seni dengan mengambil spirit dari Balia telah memberi warna dan karakter yang sangat dahsyat. Sebab mengkolaborasikan tradisi dengan pertunjukan teater modern dalam satu arena yang masing-masing saling memahami peran yang dialkoni aktor merupakan satu karya yang luar biasa. 

“Apa yang telah ditampilkan tersebut, bukan saja mampu menyedot keseriusan penonton untuk tetap menyaksikan apa yang dipertunjukan, tetapi respon masyarakat sangat apresiatif walau dalam suasana hujan tapi tetap bertahan. Ini sebetulnya salah satu keberhasilan sebuah pertunjukan mampu menyedot perhatian penonton untuk ikut berinteraksi sebagai bagian pertunjukan dan itu terlihat dalam Bali Iya tersebut,” ungkap Yudiaryani sesaat setelah pertunjukan.

Menurutnya, konsep seni tradisi Balia ini sangat menarik dan menjadi khas karena dapat dikolaborasikan ke seni pertunjukan modern yang menghasilkan satu karya kontemporer. Tidak ada benturan satu sama lainnya walau dengan latar belakang berbeda antara actor-aktor dengan pelaku tradisi itu saling mengayam atau mengisi secara indah dalam menjalankan masing-masing peran. Apalagi secara tegas pimpinan Balia menyatakan pertunjukan ini merupakan satu rahmat dengan adanya pertemuan tradisi dan modern yang dapat memberi satu kekuatan baru. 

Sementara itu Erwin Sirajuddin (38) sebagai calon magister seni menyatakan konsep pijakan untuk menyatukan ritual Balia dengan seni teater dalam penggarapan Bali Iya tentunya ada harapan lahirnya kekuatan baru. Terutama adanya kesadaran estetika dan nilai-nilai esensi kebenaran kehidupan sebagai muatan tekstual dan kontektual yang memberi solusi kebaruan dalam seni teater konvensional menjadi teater terapi masa dakan dating. Mungkinkah? (JAMRIN AB)

MISTERI NEGERI SERIBU MEGALIT



DAFTAR ISI


      Pengantar Penulis
1.    Mencari Patung Megalitik di Behoa
2.    Asal Usul Tadulako Yang Sebenarnya
3.    Menhir Palindo Kisah Pahlawan Dalam Mitos Tanah Lore
4.    Tanah Lore Negeri Seribu Megalit
5.    Mpolenda Yang Terkutuk
6.    Tinggalan Purbakala di Kampung Vatunonju
7.    Eksotis Danau Pegunungan Lore Lindu
8.    Danau Poso, Sogili dan Legenda
9.    Sulawesi Tengah, Pusat Kebudayaan Austronesia

Sumber Tulisan
Riwayat Singkat Penulis