Hapri Ika Poigi (53 tahun) akhirnya terpilih
sebagai Ketua Dewan Kesenian Sulawesi Tengah (DKST untuk periode 2015-2020
melalui musyawarah di Taman Budaya Sulteng, Sabtu (28/3) lalu. Musyawarah
berlangsung cukup menarik dalam memperebutkan posisi Ketua DKST itu
menghasilkan sejumlah rekomendasi yang dinilai cukup berat dan penuh tantangan
bagi pengurus dewan kesenian ke depan.
“Kepercayaan yang diberikan kepada saya
sebagai Ketua DKST bukanlah kegembiraan, tapi ini tantangan besar dan cukup
berat, namun harus dihadapi dan dijalankan bersama kawan-kawan seniman demi
kemajuan kesenian di Sulawesi Tengah,” kata hapri Ika Poigi.
Dalam jagat kesenian di Sulteng, Hapri yang
juga dosen Antropologi Universitas Tadulako, sudah cukup lama berkiprah baik melalui kegiatan kampus, Yayasan
Tadulakota’, DKST maupun dalam jalinan dengan kelompok-kelompok kesenian di
berbagai kota di Indonesia. Totalitas dan kepedulian Hapri dalam urusan
kesenian itu pula diakui Arifin Sunusi salah satu seniman dan mantan Ketua
Dewan Kesenian Palu) yang mencalonkan untuk Ketua DKST.
Dalam musyawarah, semula
ada tiga calon yang diusung minimal dua dewan kesenian kabupaten/kota, yaitu Muhammad
Rifai Lahamu, Arifin Sunusi dan Hapri Ika Poigi. Kemudian Muhammad Rifai
dinyatakan gugur karena hanya satu dewan kesenian yang mengajukan namanya.
Dengan demikian Hapri, putra kelahiran Sabang, Kabupaten Donggala 5 oktober
1962 ini yang didukung tujuh dewan kesenian dan Arifin mendapat dua dukungan,
sehingga dinyatakan memenuhi syarat untuk dipilih. Sidang yang dipimpin Nirwan
Sahiri (Ketua Dewan Kesenian Palu) menunda sidang beberapa menit dengan harapan
mempersiapkan kedua calon untuk menyampaikan visi-misi sesuai keinginan
peserta.
Hapri yang menyampaikan
pandangan tentang proses kesenian dengan berbagai tantangan bersama Arifin
Sunusi yang menurutnya tidak dapat dipisahkan. Demikian sebaliknya, Arifin yang
menyampaikan pandangan, menyatakan proses kesenian yang dilakukan bersama hapri
sudah sejak lama dan merupakan satu kesatuan yang ditempa bersama dari Sanggar
Tampilangi pimpinan Alimin Lasasi.
“Karena itu, tidak mungkin melalui forum ini
saya dipertaruhkan dengan rekan saya. Apakah meneruskan atau tidak dalam
pemilihan dini buat apa kalau toh membuat diri saya sedih, karena itu saya
tidak meneruskan, melainkan mari kita bersama-sama memajukan kesenian yang
terbaik,” ungkap Arifin dengan terharu.
Dengan tidak bersediannya Arifin Sunusi
dipertaruhkan secara terbuka dengan sahabatnya, Hapri dalam satu forum.
Sebaliknya Arifin secara tersirat berbesar hati mendukung Hapri. Akhirnya
pimpinan sidang menyatakan aklamasi, sehingga peserta musyawarah pun menyatakan
persetujuan secara musyawarah, Hapri ditetapkan sebagai Ketua DKST periode
2015-2020 menggantikan Ince Mawar
Abdullah (74 tahun) sebagai Ketua DKST periode sebelumnya. Sikap jiwa
besar Arifin Sunusi mantan anggota DPRD Kota Palu periode 1999-2004 dan
2004-2009 ini mendapat apresiasi dan salut dari para seniman terhadap sikap
yang ditujukan dalam forum musyawarah.
Dalam musyawarah tersebut lebih awal Ince
Mawar Abdullah memaparkan proses lahirnya dewan kesenian yang semula Dewan Kesenian
Palu (DKP) menjadi Dewan Kesenian Sulawesi Tengah. Merupakan perjuangan para
seniman terdahulu dengan harapan menjadi wadah yang menyatukan para seniman
dari berbagai latarbelakang. Di antara perintis lahirnya DKP yaitu Masyhuddin
Masyhuda, Alimin Lasasi, Nungci H. Ali dan Ahmad Rumu yang semuanya sudah
almarhum. Pada masanya mereka beraktivitas tanpa banyak mengharap bantuan dari
pemerintah, apalagi kondisi fasilitas dari pemerintah era 1980-an masih serba
terbatas, tapi mereka tetap eksis.
“Dalam menjalankan kegiatan kesenian, seniman
tidak boleh hanya selalu berharap, tapi
bagaimana harus lebih menunjukkan karya nyata. Dengan karya yang dihasilkan
dengan sendirinya akan mendapatkan aresiasi. Karena itu harus selalu
menunjukkan karya,” kata Ince Mawar berpesan dalam forum musyawarah.(JAMRIN AB)