“KALAU datang ke Donggala, jangan lupa mampir ke Warung Kopi (Warkop) Nagaya.”
Pesan itu sering dilontarkan para pecandu kopi di Kota Donggala. Termasuk orang-orang Donggala perantau yang kebetulan sedang mudik, sebelum pulang tak lupa mampir dulu ke Nagaya mencicipi kopi dengan racikan “narasa.”
Ada apa dengan Nagaya?
Di sinilah bisa menjadi tempat penyampaian segala unek-unek di antara pengunjung, bisa saling bergurau atau bertukar informasi segala isu yang sedang hangat dibicarakan baik lokal maupun yang sifatnya nasional. Betul-betul menjadi penyaluran segala pikiran di antara pengunjung, sehingga warga setempat kadang menyebut Nagaya merupakan DPRD Tingkat III Donggala.
Pengunjungnya pun beragam latar belakang, dari buruh pelabuhan, nelayan, pegawai kantoran, politisi sampai pejabat pemerintah menjadi pelanggan Nagaya.
Menunya selain kopi hitam (namanya juga kopi) dan kopi susu, ada pula roti bakar. Selanjutnya bisa bercerita berjam-jam saling bergurau saling sindir tanpa bermaksud melukai perasaan orang lain. Orang Donggala menyebutnya “sipandala.” Bila ada banyak pengunjung, tetapi tempat duduk tidak cukup, maka sudah menjadi tatakrama yang merasa sudah cukup lama duduk, pasti mengerti segera meninggalkan tempat. Giliran yang baru datang menempati kursi. Maklum tempat kursi yang tersedia tidak sampai 20-an, karena ruangan tak begitu luas.
...................
......................
........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar