Oleh: JAMRIN ABUBAKAR
DI usianya yang terbilang sepuh,
tapi semangat dan memorinya masih tajam menceritakan beberapa perisitiwa
perjuangan putra-putra Tanah Kaili melawan penjajah Belanda dan Jepang di Tanah
Kaili. Namanya Ust. Djuhra salah satu anggota Laskar Merah Putih dari kesatuan
Sigi Dolo, salah satu organisasi perjuangan zaman penjajahan.
Seyogianya Djuhra yang kini berusia
91 tahun itu tercatat sebagai salah satu anggota Legiun Veteran RI karena jasa-jasanya
ikut dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan atas nama Laskar merah Putih.
Tetapi sayang sekali pemerintah tak begitu peduli, kalau buka para veteran itu
sendiri yang proaktif mengurus yang cukup berbelit-belit dan belum tentu masuk.
“Sudah berkali-kali diurus dengan melengkapi berbagai dokumen tapi tidak pernah
mendapat tanggapan dari organisasi veteran. Pernah ada yang mau urus tapi
katanya dibayar sekian,” ungkap Djuhra saat ditemui di kediamannya di Desa
Pulu, Kabupaten Sigi belum lama ini.
Mengurus sebagai anggota veteran
sudah lama ia lakukan, tapi berkasnya tak jelas. Itu pun dilakukan karena
dorongan sejumlah pihak. Pada awalnya Djuhra tak mau urus soal dia sebagai
anggota veteran atau tidak, karena menurutnya tak pernah berambisi soal masuk
catatan veteran. Sebab ia memiliki alasan yang namanya perjuangan itu sudah
merupakan kewajiban dan pengabdian pada negara. Tetapi kalau toh, memang ada
yang urus dan bisa tercapai, katanya Alhamdulillah.
Pada masa mudanya, Djuhra bukan saja
aktif dalam kelasyakaran, tapi bergerak di bidang dakwah baik di Pulu maupun di
dataran Lalundu Rio Pakava. Di antara kawan seangkatan dalam Laskar Merah Putih
yang tercatan sebagai anggota legiun Veteran yaitu Djaruddin Abdullah dan Junus
Sunusi (keduanya sudah almarhum).
Selain dikenal sebagai Imam Tua
Masjid Desa Pulu, Djuhra ayah dari delapan orang anak ini dikenal pula sebagai
tokoh keadatan Pitunggota Tanah Kaili. Sebagai pelestari dan pewaris budaya,
hingga kini ia masih menyimpan pusaka berusia ratusan tahun berupa guma, parang
khas Kaili. Tetapi yang paling berharga adalah berupa pusaka Payung Polanti
Magau yang usianya 800 tahun yang terbuat dari bambu kuning yang dipakai saat
pelantikan Datu Pariri sebagai raja Kaili di Pulu. (JAMRIN AB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar