DONGGALA-Persiapan event budaya To Donggalaé semakin dimatangkan dengan kepastian beberapa program dan kegiatan akan digelar pada 2-4 September mendatang. Merupakan bagian upaya menenun masa lampau dengan
cita rasa masa depan terkait kepedulian Donggala Heritage dengan kegiatan Site-specific
Theater, Video Screening - hasil lokakarya
video dengan Pelajar SMKN 1 Banawa,
SMA Negeri 1 Banawa dan SMP Negeri 2 Banawa, Panggung-panggung Kecil Aspirasi Masyarakat, Pameran Gambar Anak-Anak Donggala, Penjualan Makanan dan Minuman Khas Donggala, Karaoke Corner, Selfie-Booth, Instalasi Video dan Kompetisi Foto Instagram #todonggalae.
Menurut
koordinator Egbert Wits dari Yayasan Kelola Jakarta, melalui event To Donggalaé ini diharapkan dapat mendorong kawasan Kota Tua
Donggala menjadi destinasi pariwisata budaya di Kabupaten Donggala dan Provinsi
Sulawesi Tengah. “Event budaya ini diharapkan menjadi awal bagi hadirnya
sebuah Museum Komunitas dan kawasan kreatif di Kota Donggala serta mewujudkan
suatu rencana strategis dan program bagi pelaksanaan preservasi dan konservasi
bangunan tua dan kawasan sejarah di kota tua,” ungkap Egbert warga asal Belanda.
Egbert adalah
aktivis budaya yang memiliki kepedulian pada kota-kota tua dalam bentuk
pertunjukan seni bersama Gea Smidt pegiat teater juga dari Belanda selama
sebulan melakukan eksploitasi di Donggala. Dari hasil penelusuran sejarah,
nilai-nilai kultur dan kondisi sosial di kota tua Donggala, maka lahirlah ide
melaksanakan festival tentang To Donggalae.
Yayasan Kelola yang bermitra dengan Kedutaan Besar Belanda
juga melibatkan Dewan Kesenian Donggala dan pihak Kecamatan Banawa. Camat
Banawa, Muhammad menyatakan dukungan terhadap dukungan komunitas pemerhati
sejarah Donggala. “Pihak
kecamatan sendiri memiliki program pemberdayaan wisata berbasis masyarakat
sehingga ini bisa dikoneksikan untuk membangun Donggala dari aspek wisata,
sehingga kami sangat mendukung,”
kata Muhammad belum lama ini.
Pelaksanaan festival To Donggalae’ menurut Zulkifly Pagessa tidaklah
lahir begitu saja, melaikan proses panjang dengan adanya jaringan. Dipilihnya
Donggala kerjsama dengan Kelola karena adanya persepsi yang sama dan
nilai-nilai sejarah kota tua yang cukup lama terpendam. Kini perlu dibangkitkan
adanya kejatidirian tentang Donggala yang dulu dikenals ebagai kota maritime.
Zulkifly
Pagessa salah satu menggagas event mengatakan, sejak operasional Pelabuhan
Donggala dipindahkan ke Pelabuhan Pantoloan pada tahun 1978, kehidupan
sosial-ekonomi-kultural Kota Donggala menyurut secara dramatis. Kejayaan
Donggala sebagai salah satu kota pelabuhan penting dalam sejarah kemaritiman di
Nusantara ini lalu meredup. Kejayaan kota pelabuhan ini di masa lampau kini
hanya menyisakan warisan sejarah kota berupa bangunan-bangunan tua dari era kolonial.
Bangunan-bangunan yang ada sedang menghadapi kehancuran karena tidak terawat
dan lapuk oleh usia serta berbagai rencana pembongkaran atau pembangunan
fasilitas kota lainnya. “Fenomena ini adalah ancaman kehancuran bagi sejarah
ruang arsitektur serta nilai historis filosofis bangunan dan kawasan bersejarah
tersebut. Ingatan kolektif sejarah yang menjadi cerminan masa depan dari
kehidupan masyarakat kota ini turut mengabur. Secara perlahan, kota pelabuhan
ini mulai kehilangan identitas kulturalnya,” ungkap Zulkifly dengan nada prihatin.
Sadar dan
memahami kondisi tersebut, pada tahun 2015 Dewan Kesenian Donggala dan Donggala
Heritage telah menggelar event Donggala Heritage. Sebuah perayaan bagi warisan
sejarah kota dan budaya urban di Kota Tua Donggala. Program ini didasari
keyakinan bahwa identitas kota Donggala dengan karakteristik urban yang khas
adalah milik paling berharga dari kota pelabuhan ini dan karenanya perlu
diselamatkan, dilestarikan dan dikembangkan.
Melanjutkan
apa yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 itu, Dewan Kesenian Donggala dan
Donggala Heritage bekerjasama dengan Yayasan Kelola (Jakarta) dan PeerGrouP
Locatietheater Noord-Nederland (Belanda) dengan dukungan Kedutaan Besar Belanda
dan Fonds Podium Kunsten Performing Arts Fund NL, kembali menggelar perayaan budaya yang bertajuk : To
Donggalaé.
Mewujudkan
event budaya yang akan digelar pada tanggal 2, 3, 4 September 2016, para
seniman dan pakar heritage asal Belanda dan Yogyakarta telah bekerja selama
sebulan penuh bersama para seniman, pelajar dan masyarakat di Kota Tua
Donggala. Berbagai program kegiatan seni budaya yang memberdayakan potensi
estetika publik sebagai cerminan dari warisan sejarah kultural Kota Donggala
akan digelar dalam event ini.
Hal tersebut
bertujuan memaksimalkan dampak positif sosial, ekonomi dan kultural dari event
ini bagi masyarakat kota Donggala. Pilihan lokasi event yang berada di salah
satu kawasan di tengah kota tua Donggala ditujukan untuk mendorong apresiasi
dan partisipasi kalangan muda, seniman dan masyarakat dalam upaya pelestarian
dan konservasi warisan kultural di kawasan Kota Tua Donggala. (JAMRIN AB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar