Kamis, 27 Desember 2012

BERBAGAI KEGELISAHAN ORANG KAILI




ORANG KAILI GELISAH. Saat ini berbagai problem budaya dialami Orang Kaili di Kota Palu,
baik dari aspek kebahasaan, identitas, karya, spirit warna lokal dalam kota dan lain-lain.

Apa saja masalah yang menggelisahkan itu? Dapatkan dan Baca buku ini. Tersedia di
Toko Buku RAMEDIA, Jl. Hasanuddin No 40, depan Bank Mandiri, KOTA PALU

Selasa, 25 Desember 2012

GURU TUANYA SULAWESI TENGAH


: Hudan Nur )*



DATA BUKU

Judul               : GURU TUA PAHLAWAN SEPANJANG ZAMAN
Penulis             : Jamrin Abubakar
Penerbit           : Ladang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan           : Pertama, 2012
Tebal               : 98 Halaman
ISBN               : 978-602-96792-7-4


SEKALI lagi oleh penulisnya Jamrin Abubakar,  menyumbangkan kesaksiannya bahwa dalam hidupnya pernah tahu dan sempat mengenal Guru Tua dari berbagai hal. Ada baiknya mengungkap Guru Tua, karena di luar pulau sana. Sebutan Guru Tua yang sangat akrab di telinga orang Sulawesi Tengah tidak dikenal luas, bahkan tidak diketahui sama sekali. 

Padahal dari pemaparan di dalam buku, Guru Tua yang berasal dari Timur Tengah itu sangat disegani oleh Pemerintah Hindia Belanda. Guru Tua atau yang bernama Al Habib Sayyid Idrus bin Salim Aldjufri adalah seorang pedagang, diplomat, dan penyasastra. Ia juga tokoh kemanusiaan yang tak hanya disegani oleh kalangan atas namun seluruh lapisan. Ketika terjadi pengeksekusian PKI pada tahun 65-66, Guru Tualah yang menengahi persilangan masalah di masyarakat kala itu. Oleh kekharismatikan beliaulah, hanya di Sulawesi Tengah tidak terjadi eksekusi. Semua patuh akan anjurannya, yang tidak boleh menghukum apalagi membunuh manusia. Padahal kala itu, ada isu yang beredar dan menyatakan bahwa PKI akan membunuh Guru Tua. Namun isu itu tidak terbukti.

Mungkin tak banyak yang tahu kalau hobi dari sang Guru Tua yang melegenda itu adalah menonton sepak bola. Selain itu sosok Guru Tua yang menurut DRS. Tjatjo Tuan Saichu yang juga dosen sastra di Universitas Al-Khairaat dan sastrawan itu bahwa seorang guru tua ternyata adalah penyasastra, ia adalah penyair yang yang menuliskan sajaknya dalam bahasa arab. Ada satu puisinya yang telah diterjemahkan oleh HS. Saggaf Aldjufri, pada April 1973 yakni:

SANG MERAH PUTIH

Wahai sang merah putih
lambang kejayaan
berkibarlah engkau
di bumi Indonesia
yang subur dan hijau lagi tercinta

Setiap bangsa
mempunyai lambang kenegaraan
dan kejayaan
dan lambang kejayaan kita
adalah Sang Merah Putih

Dalam syairnya yang ditulis dengan bahasa arab, terasa sekali pengaruh syair arab yang lekat dengan makna sesungguhnya.
Ada yang menarik dari Guru Tua yang kharismatik ini yakni beliau adalah seorang tokoh yang sangat demokratis dan mempunyai empati dan sifat toleransi yang tinggi. Pernah suatu waktu ia mengangkat seorang pengajar yang beragama Kristen yakni P.K Entoh untuk mengajari ilmu eksakta di lingkungan sekolah Al-Khairaat. Hal ini beliau lakukan karena mengingat keilmuan yang dimiliki P.K Entoh, bukan melihat dari sudut agamanya. Sungguh rasional, dan begitu moderat.

Selama 40 tahun Guru Tua membawa Al-Khairaat menjadi wadah yang mempunyai kekuatan Islam yang tak hanya di Sulawesi Tengah, tetapi di Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, Papua Barat, dan Kalimantan Timur.
Guru tua wafat di Palu dalam usia 80 tahun, pada senin 12 Syawal 1389 H atau 27 Desember 1969, beliau dimakamkan di salah satu serambi Masjid Al-Khairaat Palu, Sulawesi Tengah. Secara silsilag Guru Tua dan keluarga, beliau mempunyai enam orang istri. Dari kesemuanya melahirkan tujuh orang putra-putri.

Hanya saja yang menjadi pertanyaan saya atas kesahihan nasab Guru Tua, yang bila saya bandingkan dengan nasab yang diketahui oleh kakek Guru Tua, ada perbedaan yang sangat mencolok. Baik dari urutan silsilahnya maupun penomeran urutan hasil silang perkawinan. Mungkin, karena penulis Jamrin Abubakar adalah wartawan yang melakukan investigasi hanya melalui fakta dan opini di masyarakat, yakni data dari catatan H. Nungci H. Ali bukan penelitian secara komprehensif maka kehadiran pernasaban  di buku ini bisa jadi kontroversi di suatu masa.
Di luar terjadi atau tidaknya kontroversi pernasaban, gelar Guru Tua adalah makna dari Guru yang Dituakan. Oleh masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan dikenal dengan sebutan “Andregurutta”. Oleh keistiqomahannnya dalam menjalankan syariat dan dakwah Islam sepanjang hayatnya, Pemerintah menganugrahinya Bintang Mahaputra Adipradana tahun 2010. 

Sekarang Guru Tua sudah puluhan tahun meninggalkan dunia, dan khususnya masyarakat Sulawesi Tengah namun beliau tetap dikenang. Dan setiap hal-hal apa saja selalu dikaitkan dengan anjuran, dan yang pernah beliau sikapi dalam menghadapi persoalan hidup dan tentunya dalam hal keberagamaan.

Buku Guru Tua Pahlawan Sepanjang Zaman ini membawa pencerahan tersendiri karena selama ini belum ada yang menuliskannya secara kitab, hanya sepotong-sepotong. Buku ini mesti bermanfaat bagi perjalanan sejarah, khususnya eksistensi beliau bagi masyarakat Sulawesi Tengah.[]

)* Pustakawan di Rumah Buku Zeusagi, Banjar Baru (Kalsel).

Minggu, 16 September 2012

DONGGALA donggala'ta (dalam proses persiapan terbit)

Kita menyadari keberadaan buku-buku tentang Donggala yang ditulis generasi muda dalam perspektif masa kini memang masih sangat kurang. Padahal sangatlah penting guna menambah khazanah pustaka daerah dengan pengayaan buku-buku muatan lokal seiring adanya gerakan memajukan literasi Indonesia. Untuk itu, saya atas nama Pemerintah Kabupaten Donggala menyatakan menyambut baik buku ini dan memberi apresiasi kepada saudara Jamrin Abubakar yang menulis buku Donggala donggala’ta.


Diharapkan buku ini dapat menambah wawasan pembaca umumnya dan masyarakat Donggala khususnya sebagai warga yang menjadi bagian dari kota Donggala. Semoga buku ini dapat memberi inspirasi dan spirit bagi siapa saja yang membacanya, terutama bagi generasi muda yang nyaris tidak lagi mengetahui di antara persitiwa sosial budaya dan sejarah di kota Donggala. Meskipun buku ini belum banyak mengungkap tentang kehidupan dan dinamika sebuah zaman yang pernah mengalami masa keemasan, tetapi sebagai langkah awal penulisnya telah berupaya memperkenalkan kembali tentang Donggala yang kita cintai.

Senin, 03 September 2012

BUKU-BUKU SENI DAN BUDAYA SULAWESI TENGAH







No
BUKU-BUKU SENI DAN BUDAYA SULAWESI TENGAH



KATEGORI
PENULIS



1
MISTERI NEGERI SERIBU MEGALIT
Budaya
JAMRIN ABUBAKAR





























2
MENGGUGAT KEBUDAYAAN TADULAKO DAN DERO POSO 
Budaya
JAMRIN ABUBAKAR





3
MENULIS ZAMAN DENGAN IFTITAH 
Biografi/ Jurnalistik
JAMRIN ABUBAKAR





4
ALIMIN LASASI DEMI PANGGUNG TEATER 
Biografi/ Kesenian
JAMRIN ABUBAKAR





5
GURU TUA PAHLAWAN SEPANJANG ZAMAN
Biografi dan Sejarah
JAMRIN ABUBAKAR





6
9 TOKOH BERSEJARAH SULAWESI TENGAH
 Biografi dan Sejarah 
JAMRIN ABUBAKAR





7
SONETA COMBERAN
Sastra (Puisi)
NOORAL BASO





8
LUKA PERADABAN
Puisi
MAS'AMAH AMIN SYAM





9
ILUSTRASI POLITIK KANCIL (Kumpulan Tulisan)
Seni dan Budaya
MAS'AMAH AMIN SYAM





10
CATATAN SEORANG PEJALAN KAKI
Sastra (Puisi)
TS. ATJAT





11
SOYO LEI (Kumpulan Puisi Kaili Ledo dan Rai)
Sastra Kaili
TS. ATJAT





12
PENJAGA DIAN
Sastra
SATRIES






Sabtu, 11 Agustus 2012

GONENGGATI Kumpulan Cerita Rakyat dari Donggala


GONENGGATI
Kumpulan Cerita Rakyat Dari Donggala




SAMBUTAN BUPATI DONGGALA


BUKU ini merupakan kumpulan legenda atau cerita rakyat yang diangkat dari tradisi masyarakat Kabupaten Donggala yang selama ini hampir punah, sehingga penulisan dan penerbitan akan memberi sumbangsih pemikiran dan inspirasi bagi pembaca.

Karena itu atas nama Pemerintah Kabupaten Donggala, saya sangat menghargai dan menyambut baik dengan terbitnya buku GONENGGATI Kumpulan Cerita Rakyat dari Donggala yang ditulis saudara Jamrin Abubakar. Bukan saja menambah khazanah pustaka daerah yang masih minim, tapi merupakan  bentuk kepedulian dan pelestarian terhadap cerita rakyat yang terdapat di Kabupaten Donggala. Apalagi daerah ini memang sangat kaya dengan cerita rakyat yang belum banyak diangkat dalam bentuk tulisan, sehingga terancam punah di tengah derasnya pengaruh budaya modern.

Karena itu Pemerintah Kabupaten Donggala merekomendasi agar buku ini dapat dijadikan bacaan muatan lokal atau bahan pengayaan bagi siswa sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah. Terpenuhinya bacaan lokal semacam ini merupakan  upaya pelestarian kearifan lokal yang patut diketahui kembali bagi generasi muda, tak terkecuali bagi mahasiswa sebagai kaum intelektual. Apalagi dengan berdirinya Perguruan Tinggi Ilmu Pemerintahan Gonenggati di Donggala, maka sangat relevan dengan adanya semangat untuk tetap mempertahankan spirit nilai-nilai kearifan lokal disamping  nilai-nilai universal.
Dengan demikian, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya masyarakat Kabupaten Donggala.


Donggala, 2012


Bupati Donggala


Drs. H. Habir Ponulele, MM


Secara simbolis, penulis sedang menyerahkan buku GONENGGATI Kumpulan Cerita Rakyat dari Donggala kepada Bupati Donggala, Habir Ponulele, Jumat (10 Agustus 2012)


KATA PENGANTAR
KEPALA DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN DONGGALA


DONGGALA salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah sejak dulu memiliki kekayaan cerita rakyat atau legenda yang menjadi tradisi lisan di tengah masyarakat. Tetapi legenda tersebut masih sangat sedikit yang dipublikasikan atau dibukukan dibanding yang tersebar dalam bentuk tuturan dari mulut ke mulut.
Padahal di satu sisi penutur tradisi lisan cenderung mulai berkurang, terutama pada masyarakat perkotaan, sehingga dikhawatirkan suatu saat banyak cerita rakyat terancam punah dan tak diketahui generasi mendatang. Karena itu kehadiran buku yang ditulis Jamrin Abubakar sebagai hasil eksplorasi dari beberapa komunitas di wilayah Kabupaten Donggala dari penuturnya, sangatlah bermanfaat dalam menambah bahan bacaan muatan lokal untuk kalangan siswa sekolah dasar dan sekolah menengah.

Kehadiran buku yang berjudul Gonenggati: Kumpulan Cerita Rakyat Dari Donggala, maka Dinas Pendidikan Kabupaten Donggala meyambut baik dengan mengintegrasikan dalam salah satu program. Yaitu dapat dijadikan salah satu bahan pengayaan di tengah keterbatasan buku-buku cerita rakyat yang bernuansa daerah setempat. Buku ini merupakan rekonstruksi cerita yang sudah lama terpendam dan memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang dapat diperkenalkan kembali kepada anak didik.

Dengan demikian, atas nama Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Donggala, saya mengucapkan terima kasih pada penulis buku ini. Harapan saya, kiranya menjadi sumber inspirasi bagi pembaca terutama bagi peserta didik baik tingkat dasar maupun tingkat menengah, khususnya dalam wilayah Kabupaten Donggala.
   


 Donggala, 2012

             
DINAS PENDIDIKAN 
KABUPATEN DONGGALA


H. Aidil Noor, SH, M.Si
Kepala



DAFTAR ISI


•    Sambutan Bupati Donggala
•    Kata Pengantar Kepala Dinas Pendidikan  Kabupaten Donggala

•    Ringkasan Cerita

1.    Gonenggati
2.    Legenda Yamamore di Pusentasi
3.    Legenda Terjadinya Danau Dampelas
4.    Sang Putri dan Bengga Bula
5.    Gadis Dalam Pohon
6.    Asal Mula Kaledo

Donggala Dalam Lintasan Sejarah Dunia

Sumber Penulisan
Riwayat Hidup Penulis



RINGKASAN CERITA


GONENGGATI:
Seorang raja perempuan Kaili yang kharismatik dan berpikiran demokratis mempersatukan negeri-negeri Kaili dalam keadatan Pitunggota. Ia berkuasa di Kanggihui (Kanggirui) yang pusatnya di atas pegunungan (kini masuk wilayah Kabonga, Kecamatan Banawa).

LEGENDA YAMAMORE DI PUSENTASI:
Yamamore putri seorang Raja Towale melarikan diri dari istana demi menghindari perkawinan paksa. Dalam pelariannya, ia bersembunyi dengan cara mencemplungkan diri ke dalam telaga air asin. Maka sejak itulah Yamamore menghilang dan tempatnya dinamai pusat laut atau Pusentasi.

LEGENDA TERJADINYA DANAU DAMPELAS:
Berawal dari keinginan Sang Pelaut menaklukkan Negeri Dampelas, akhirnya terjadi perlawanan dari Mahadiyah. Peperangan pun terjadi hingga telaga yang dijadikan area pertarungan kemudian menjadi Danau Dampelas di Desa Talaga.

SANG PUTRI DAN BENGGA BULA:
Putri cantik dari Tanah Kaili diasingkan karena terserang penyakit cacar di tubuhnya. Dalam pengasingan itulah ia dikejar dan dijilat seekor Bengga Bula (kerbau putih), sehingga kulitnya sembuh. Sejak itu pula pihak raja dan keturunannya pantang makan daging kerbau putih.

GADIS DALAM POHON:
Perburuan yang dilakukan Sadomo, pemuda dari tanah Kaili sampai ke dataran Kulavi membuatnya tersesat di tengah hutan. Meskipun tidak mendapatkan binatang buruan, tapi seorang gadis cantik keluar dari dalam pohon yang kemudian dijadikan istri dan menjadi asal-usul suku Kulavi di Kabupaten Sigi.

ASAL MULA KALEDO:
Pada saat pembagian daging sapi, orang Kaili dating terlambat sehingga hanya mendapatkan tulang. Tana rasa kecewa, mereka kemudian memasak dengan eksperimen dengan hasil tak kalah enaknya. Sejak itulah Kaledo (kaki lembu donggala) jadi masakan favorit.