Kamis, 03 November 2016

Menyambut Donggala Cinema Festival 2016


                                        

Gedung Budi Bhakti (Aduma Niaga) yang akan dijadikan tempat Donggala Cinema Festival

Latar Belakang
Dalam buku yang berjudul Orang Jawa Bikin Film karya Misbach Yusa Biran memuat sebuah daftar bioskop di Hindia Belanda yang disusun bersama antara Gabungan Importir Film, Departemen Film Perusahaan Dagang Kian Gwan dan Tuan Weskin yang dirilis pada majalah Film Revue, Nomor 22 / Maret 1936. Dalam daftar itu tercatat bahwa pada tahun 1936 telah berdiri 227 bioskop di Hindia Belanda. Sebuah bioskop yang bernama Apollo Theater (urutan nomor 62 dalam daftar) yang berada di Kota Donggala, juga tercatat dalam daftar tersebut.
Daftar bioskop yang dirilis pada tahun 1936 tersebut membuktikan bahwa Kota Donggala juga menjadi bagian dari sejarah perfilman di Nusantara sejak film pertama di putar untuk pertama kalinya di Batavia pada tahun 1900. Hingga pertengahan dekade 1990-an, di Kota Donggala masih beroperasi 3 gedung bioskop yaitu Bioskop Megaria, Bioskop Muara dan Bioskop Gelora.
Bioskop Megaria adalah bioskop legendaris yang telah beroperasi sejak tahun 1950. Bioskop ini telah menjadi salah satu penanda kultural bagi masyarakat Kota Donggala yang diabadikan melalui pemberian nama pada jalan yang ada di depan bioskop tersebut dengan nama Jalan Bioskop. Namun sayang bioskop legendaris itu kini hanya tertinggal puing dan reruntuhannya karena lapuk termakan usia.

Berdasarkan pada fakta sejarah itu, Dewan Kesenian Donggala dan Donggala Heritage, bekerjasama dengan Yayasan Kelola, PeerGroup Locatietheater Noord-Nederland dengan dukungan dari Kedutaan Besar Belanda dan Fonds Podium Kunsten Performing Arts Fund NL mempersembahkan sebuah festival film yang bertajuk :
Donggala Cinema Festival 2016
Pada pelaksanaan untuk pertama kalinya di tahun 2016 ini, Donggala Cinema Festival diharapkan menjadi salah satu festival kreatif dan bermutu yang merepresentasi keragaman kultural, inovasi dan pencapaian kreatif dalam film. Program dari Donggala Cinema Festival 2016 ini juga mencakup beragam kegiatan antara lain Pameran Seni, One-Act Plays, Musik dan Workshop Film serta tentunya pemutaran film-film terbaik dari Indonesia dan mancanegara.
Misi dari Donggala Cinema Festival ini berusaha untuk mendorong transformasi dari masyarakat di Kota Tua Donggala melalui kekuatan film dan bioskop sebagai ruang transformasi sosial dan kultural. Festival yang juga merayakan warisan budaya Kota Tua Donggala dimana sejarah bioskop dan film bermula ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran sosial-kultural secara kolektif ditengah masyarakat.
Dalam festival ini, kami akan bekerja bersama dengan para filmmaker, seniman, musisi serta pakar dan praktisi film untuk menggelar workshop edukatif film dan film screening serta menyajikan keunikan dan keragaman budaya Kota Tua Donggala.

Konsep Event
Donggala Cinema Festival 2016 adalah event yang merayakan film dan bioskop sebagai bagian dari sejarah dan kultur urban Kota Donggala, salah satu kota pelabuhan penting di wilayah timur Nusantara dimasa lampau. Seperti halnya kota-kota pelabuhan bersejarah lainnya, film dan bioskop telah menjadi bagian dari tradisi dan kutur masyarakat di Kota Donggala. Sejak paruh awal abad ke-20, film dan bioskop telah menjadi bagian dari kehidupan dan fasilitas rekreasi primadona publik di kota pelabuhan ini. Melalui film-film dari berbagai belahan dunia yang diputar di bioskop kota ini dimasa lampau telah menjadi “jendela” setelah pelabuhan terlebih dahulu menjadi “pintu” bagi pergaulan dan interaksi kultural secara internasional masyarakat di Kota Donggala.
Dimasa lampau, beberapa bioskop di kota ini telah menjadi ruang sosial, ekonomi dan kultural dimana masyarakar be-rekreasi dan berinteraksi satu dengan lainnya. Disekitar bioskop-bioskop tersebut tumbuh berbagai bentuk aktivitas kreatif publik dan ruang ekonomi bagi masyarakat.
Merayakan kembali keberadaan bioskop-bioskop di masa lampau tersebut sebagai bagian dari tradisi urban kota pelabuhan ini, Donggala Cinema Festival 2016 merekonstruksi tradisi tontonan bioskop yang pernah menjadi hiburan favorit masyarakatnya. Donggala Cinema Festival kali ini tidak hanya menyajikan tontonan tayangan film berkualitas namun juga menghidupkan kembali ruang sosial, ekonomi dan kultural yang menyertai keberadaan bioskop tersebut dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi terlibat secara aktif dalam pelaksanaan Donggala Cinema Festival 2016.

Pelaksanaan
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Donggala Cinema Festival 2016 ini akan digelar pada :
Hari/Tanggal   :    Jum’at, Sabtu, Minggu, 16, 17, 18 Desember 2016
Waktu             :    16:30 s/d 23:00 Wita
Tempat           :    Kota Tua Donggala 


 Pelaksana
Donggala Heritage dan Dewan Kesenian Donggala, d/a : Jl. Mutiara No. 25 Donggala, Sulawesi Tengah. Kontak Person : Zulkifly Pagessa0852 0102 2121

Program
Selama 3 (tiga) hari pelaksanaan Donggala Cinema Festival 2016 ini, beberapa program dan kegiatan akan digelar di lokasi pelaksanaan event yang antara lain :
§  Film Screening
§  Pameran Seni Rupa
§  Pameran Foto Mandor dan pelabuhan Tempo Doeloe
§  One-Act Plays dan Pembacaan Puisi
§  Pertunjukan Musik
§  Workshop dan Diskusi Film
§  Pasar Kuliner Khas Donggala
Kami mengharapkan sekitar 300 s/d 500 orang penonton film dan pengunjung akan hadir dan berpartisipasi dalam festival film ini.
Maksud
§  Merayakan bioskop dan film sebagai bagian dari identitas, warisan kota dan kultur urban Kota Donggala yang unik dan khas serta memberikan informasi sejarah Kota Donggala yang dikemas dalam sebuah festival film.
§  Menyerukan tindakan dan upaya penyelamatan dan pelestarian bangunan-bangunan tua yang bernilai sejarah sebagai warisan kultural di kawasan Kota Tua Donggala.
§  Menumbuhkan kembali ingatan-ingatan kolektif dan apresiasi publik terhadap film dan bioskop sebagai ruang sosial, ekonomi dan kultural demi menguatan kembali ikatan sosial ditengah masyarakat Kota Donggala.
§  Menciptakan ruang edukasi dan program pemberdayaan masyarakat melalui tontonan film yang edukatif dan apresiatif, khususnya bagi kalangan muda Kota Donggala.

Tujuan
§  Memprogramkan festival film yang menayangkan film-film bermutu bagi masyarakat kegiatan seni budaya yang memberdayakan potensi estetika publik masyarakat sebagai cerminan dari warisan sejarah kultural Kota Donggala.
§  Memaksimalkan dampak positif sosial, ekonomi dan kultural dari festival film ini bagi masyarakat Kota Donggala melalui program-program pendukung yang kreatif dan edukatif.
§  Mendorong partisipasi dan keterlibatan kalangan muda, seniman dan kelompok masyarakat sebagai bagian dari upaya pelestarian dan konservasi warisan kultural di kawasan Kota Tua Donggala.

Luaran
Donggala Cinema Festival 2016 ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Kota Donggala secara khusus dan masyarakat Sulawesi Tengah umumnya. Berikut ini beberapa luaran yang diharapkan dari event ini :
§  Menghadirkan kembali tradisi tontonan film dan bioskop di tengah masyarakat Kota Donggala sebagai bagian dari identitas kultur urban kota pelabuhan.
§  Mendorong hadirnya sebuah festival film yang berkualitas di Kota Donggala.
§  Tumbuh dan berkembangnya komunitas-komunitas kreatif dari kalangan muda di Kota Donggala

Penutup
Demikian overview Donggala Cinema Festival 2016 ini sebagai acuan awal dan panduan bagi pelaksanaan event ini. Atas dukungan semua pihak yang ingin berpartisipasi dalam pelaksanaan event ini, kami ucapkan terima kasih.

Donggala, 30 Oktober 2016
Hormat kami,




Zulkifly Pagessa
Sekretaris Dewan Kesenian Donggala

















       

Sabtu, 20 Agustus 2016

TO DONGGALAE (Festival Aspirasi Budaya)



DONGGALA-Persiapan event budaya To Donggalaé semakin dimatangkan dengan kepastian beberapa program dan kegiatan akan digelar pada 2-4 September mendatang. Merupakan bagian upaya menenun masa lampau dengan cita rasa masa depan terkait kepedulian Donggala Heritage dengan kegiatan Site-specific Theater, Video Screening - hasil lokakarya video dengan Pelajar SMKN 1 Banawa, SMA Negeri 1 Banawa dan SMP Negeri 2 Banawa, Panggung-panggung Kecil Aspirasi Masyarakat, Pameran Gambar Anak-Anak Donggala, Penjualan Makanan dan Minuman Khas Donggala, Karaoke Corner, Selfie-Booth, Instalasi Video dan Kompetisi Foto Instagram #todonggalae.


Menurut koordinator Egbert Wits dari Yayasan Kelola Jakarta, melalui event To Donggalaé ini diharapkan dapat mendorong kawasan Kota Tua Donggala menjadi destinasi pariwisata budaya di Kabupaten Donggala dan Provinsi Sulawesi Tengah. Event budaya ini diharapkan menjadi awal bagi hadirnya sebuah Museum Komunitas dan kawasan kreatif di Kota Donggala serta mewujudkan suatu rencana strategis dan program bagi pelaksanaan preservasi dan konservasi bangunan tua dan kawasan sejarah di kota tua, ungkap Egbert warga asal Belanda.
Egbert adalah aktivis budaya yang memiliki kepedulian pada kota-kota tua dalam bentuk pertunjukan seni bersama Gea Smidt pegiat teater juga dari Belanda selama sebulan melakukan eksploitasi di Donggala. Dari hasil penelusuran sejarah, nilai-nilai kultur dan kondisi sosial di kota tua Donggala, maka lahirlah ide melaksanakan festival tentang To Donggalae.

Yayasan Kelola yang bermitra dengan Kedutaan Besar Belanda juga melibatkan Dewan Kesenian Donggala dan pihak Kecamatan Banawa. Camat Banawa, Muhammad menyatakan dukungan terhadap dukungan komunitas pemerhati sejarah Donggala. Pihak kecamatan sendiri memiliki program pemberdayaan wisata berbasis masyarakat sehingga ini bisa dikoneksikan untuk membangun Donggala dari aspek wisata, sehingga kami sangat mendukung, kata Muhammad belum lama ini.
Pelaksanaan festival To Donggalae menurut Zulkifly Pagessa tidaklah lahir begitu saja, melaikan proses panjang dengan adanya jaringan. Dipilihnya Donggala kerjsama dengan Kelola karena adanya persepsi yang sama dan nilai-nilai sejarah kota tua yang cukup lama terpendam. Kini perlu dibangkitkan adanya kejatidirian tentang Donggala yang dulu dikenals ebagai kota maritime.

Zulkifly Pagessa salah satu menggagas event mengatakan, sejak operasional Pelabuhan Donggala dipindahkan ke Pelabuhan Pantoloan pada tahun 1978, kehidupan sosial-ekonomi-kultural Kota Donggala menyurut secara dramatis. Kejayaan Donggala sebagai salah satu kota pelabuhan penting dalam sejarah kemaritiman di Nusantara ini lalu meredup. Kejayaan kota pelabuhan ini di masa lampau kini hanya menyisakan warisan sejarah kota berupa bangunan-bangunan tua dari era kolonial. Bangunan-bangunan yang ada sedang menghadapi kehancuran karena tidak terawat dan lapuk oleh usia serta berbagai rencana pembongkaran atau pembangunan fasilitas kota lainnya. Fenomena ini adalah ancaman kehancuran bagi sejarah ruang arsitektur serta nilai historis filosofis bangunan dan kawasan bersejarah tersebut. Ingatan kolektif sejarah yang menjadi cerminan masa depan dari kehidupan masyarakat kota ini turut mengabur. Secara perlahan, kota pelabuhan ini mulai kehilangan identitas kulturalnya, ungkap Zulkifly dengan nada prihatin.
Sadar dan memahami kondisi tersebut, pada tahun 2015 Dewan Kesenian Donggala dan Donggala Heritage telah menggelar event Donggala Heritage. Sebuah perayaan bagi warisan sejarah kota dan budaya urban di Kota Tua Donggala. Program ini didasari keyakinan bahwa identitas kota Donggala dengan karakteristik urban yang khas adalah milik paling berharga dari kota pelabuhan ini dan karenanya perlu diselamatkan, dilestarikan dan dikembangkan.

Melanjutkan apa yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 itu, Dewan Kesenian Donggala dan Donggala Heritage bekerjasama dengan Yayasan Kelola (Jakarta) dan PeerGrouP Locatietheater Noord-Nederland (Belanda) dengan dukungan Kedutaan Besar Belanda dan Fonds Podium Kunsten Performing Arts Fund NL, kembali menggelar perayaan budaya yang bertajuk : To Donggalaé.
Mewujudkan event budaya yang akan digelar pada tanggal 2, 3, 4 September 2016, para seniman dan pakar heritage asal Belanda dan Yogyakarta telah bekerja selama sebulan penuh bersama para seniman, pelajar dan masyarakat di Kota Tua Donggala. Berbagai program kegiatan seni budaya yang memberdayakan potensi estetika publik sebagai cerminan dari warisan sejarah kultural Kota Donggala akan digelar dalam event ini.
Hal tersebut bertujuan memaksimalkan dampak positif sosial, ekonomi dan kultural dari event ini bagi masyarakat kota Donggala. Pilihan lokasi event yang berada di salah satu kawasan di tengah kota tua Donggala ditujukan untuk mendorong apresiasi dan partisipasi kalangan muda, seniman dan masyarakat dalam upaya pelestarian dan konservasi warisan kultural di kawasan Kota Tua Donggala. (JAMRIN AB)


Senin, 09 Mei 2016

PUSENTASI Kumpulan Cerita Rakyat Donggala

DAPATKAN BUKU INI DI TOKO BUKU RAMEDIA, JL. HASANUDDIN, KOTA PALU, Depan Bank Mandiri.




LEGENDA TERJADINYA PUSENTASI:
Yamamore putri seorang Raja Towale melarikan diri dari istana demi menghindari perkawinan paksa. Dalam pelariannya, ia bersembunyi dengan cara mencemplungkan diri ke dalam telaga air asin. Maka sejak itulah Yamamore menghilang dan tempatnya dinamai pusat laut atau Pusentasi.

LEGENDA TERJADINYA DANAU DAMPELAS:
Berawal dari keinginan Sang Pelaut menaklukkan Negeri Dampelas, akhirnya terjadi perlawanan dari Mahadiyah. Peperangan pun terjadi hingga telaga yang dijadikan area pertarungan kemudian menjadi Danau Dampelas di Desa Talaga.

SANG PUTRI DAN BENGGA BULA:
Putri cantik dari Tanah Kaili diasingkan karena terserang penyakit cacar di tubuhnya. Dalam pengasingan itulah ia dikejar dan dijilat seekor Bengga Bula(kerbau putih), sehingga kulitnya sembuh. Sejak itu pula pihak raja dan keturunannya pantang makan daging kerbau putih.


ASAL MULA KALEDO:
Pada saat pembagian daging sapi, orang Kaili dating terlambat sehingga hanya mendapatkan tulang. Tana rasa kecewa, mereka kemudian memasak dengan eksperimen dengan hasil tak kalah enaknya. Sejak itulah Kaledo (kaki lembu donggala) jadi masakan favorit.

LEGENDA TERJADINYA LEMBAH KAILI
Saat akan dilakukan perlagaan ayam milik sang pelaut Sawerigading dengan ratu Ngilinayo, tiba-tiba terjadi gempa dahsyat. Memporak-porandakan negeri Lembah Kaili membuat kapal Sawerigading hancur dan banjir banda tiba dan tanah longsor menimbun laut teluk Kaili menjadi lembah.

GONENGGATI:
Seorang raja perempuan Kaili yang kharismatik dan berpikiran demokratis mempersatukan negeri-negeri Kaili dalam keadatan Pitunggota. Ia berkuasa diKanggihui (Kanggirui) yang pusatnya di atas pegunungan (kini masuk wilayah Kabonga, Kecamatan Banawa).

CERITA TENTANG KUCING KERAMAT: Seekor kucing menyelam ke dalam telaga mengambil jarum milik Sang Putri yang jatuh. Akibatnya, kucing itu basah kuyub dan tak lama kemudian hujan deras dan banjir bah. Dalam mitologi beberapa suku di Sulawesi Tengah, kucing masih disakralkan tidak boleh disakiti atau disiram karena dipercaya akan menimbulkan bencana.