Jumat, 31 Agustus 2018

Romantisme SATRIES Dalam SINFONI KERIDUAN



Oleh: Jamrin Abubakar

SATU lagi buku puisi karya penyair Sulawesi Tengah, Satries (59 tahun), nama kepenyairan Sadrudin T. Lagaga terbit dalam tajuk SIMPONI KERINDUAN Kumpulan Puisi 2008-2010. Diterbitkan Tahura Media, Banjarmasin tahun 2018 dengan tebal 78 halaman, ukuran 12 X 19 Cm.

Kumpulan puisi tunggal sebelumnya PENJAGA DIAN Sehimpun Sajak 1973-2006 (2011) yang cenderung “hemat” kata dalam mengungkapkan sublimasi. Namun dalam Sinfoni Kerinduan ini agak melonggar ungkapan kalimat-kalimat yang diekspresikan sang penyair berlatar belakang birokrat ini. Sebagai informasi, Sadrudin T. Lagaga adalah seorang ASN di lingkungan Pemkab Donggala yang merintis karier dari bawah (staf biasa) hingga ke jenjang eselon II. Jabatan terakhir kini dalah Kepala Dinas Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Donggala, sebuah OPD baru terbentuk setahun terakhir.
Kembali ke karya puisi-puisi penyair SATRIES dalam Simfoni Kerinduan tergambarkan suatu perenungan-perenungan batin dan perjalanan ragawi dan naluri penyairnya dalam mencermati realitas hidup ini. Pilihan-pilihan kata yang hemat dalam perasaan penyair yang kemudian diungkapkan secara puitis, sebuhan keberagaman realitas social masyarakat maupun pribadi. Tetapi intinya sang penyair adalah seorang konservatif yang perenungan-perenungannya dominasi pada kerinduan pada fenomena alam dimana manusia hanyalah ibarar setitik makluk yang amat kecil di dalamnya. Tuhan sebagai pencipta alam semesta adalah kekuatan yang bagi manusia nyaris tak berdaya. Manusia haruslah selalu merenung pada dirinya bagaimana menjalankan misi kehidupan sebagai makhluk sosial di muka bumi ini secara harmonis dan tetap berbuat terbaik.
Terlepas dari judul pamungkas yang dipilih penyairnya; Simfoni Kerinduan, pada hakikatnya menunjukkan sang penyair seorang yang romantis. Itu tergambarkan dalam puisi-puisinya yang romantis ini sebagai gaya kekhasan dan pilihan dia.
Soal judul buku Simfoni Kerinduan sebagai pilihan utama menjadi judul di antara puluhan puisi, tentu sang penyair ini punya alasan yang dapat mewakili puisi-puisinya itu sendiri. Berikut petikannya:

SIMFONI KERINDUAN

Sepanjang perjalanan kembara ini
Kunikmati keindahan diorama alam
Terhampar menggugah sukma
Warna-warni bunga
Semburat mentari merah saga
Kepak sayap burung-burung pulang ke sarang
Lelah merayapi senya

Dalam perjalanan ini
Matahatiku lantas berkhidmat
Tentang, besarnya karunia ciptaan
Tentang, luasnya bentangan cakrawala
Tentang, indahnya tatapan cahaya

Sukma memintalnya menjadi
Kainan sutra cinta dari
Simfoni kerinduan

**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar